Ø Penanganan hiperkalemia
Karena ekskresi kalium menurun pada pasien gagal
ginjal oligurik, kalium tertimbun dan berakibat
hiperkalemia. Hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa
pada gangguan ini (dapat berakibat aritmia dan henti jantung). Oleh karena itu,
pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar
elektrolit serum (nilai kalium >5,5 mEq/L; SI : 5,5 mmol/L), perubahan EKG
(tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status
klinis.
1.
Natrium Bikarbonat
Agens ini diberikan berupa infuse intravena 500 ml
Na-bikarbonat isotonic (“sumber : farmakologi untuk
keperawatan – dr. Jan Tambayong”).
Natrium bikarbonat dapat diberikan untuk menaikkan pH plasma.
Natrium bikarbonat meningkatkan pH, menyebabkan kalium bergerak ke dalam sel,
sehingga kadar seum kalium pasien menurun. Efeknya cepat. Ini merupakan terapi
jangka pendek dan digunakan bersamaan dengan tindakan jangka panjang lain,
seperti pembatasa diet dan dialysis (“sumber : KMB
Brunner & Suddarth vol 2” )
Baking soda, Bellans, Citrocarbonate, Neut, Soda Mint.
Klasifikasi
· Pengatur elektrolit (agens
pengalkalinisasi), Antasid, Kategori kehamilan C.
Indikasi
· PO, IV : penatalaksanaan asidosis
metabolic.
· PO, IV : digunakan untuk
mengalkalinisasi urine dan mendorong ekskresi obat tertentu bila terjadi
overdosis (fenobarbital, aspirin).
· PO : antacid.
Kerja obat
· Bekerja sebagai agens
pengalkalinisasi dengan melepaskan ion bikarbonat.
· Setelah pemberian oral, melepaskan
bikarbonat, yang mampu menetralkan asam lambung.
· Efek terapeutik : alkalinisasi,
netralisasi asam lambung.
Farmakokinetik
· Absorpsi : setelah pemberian oral,
kelebihan bikarbonat akan diabsorpsi dan mengakibatkan alkalosis metabolic dan
urin alkali.
· Distribusi : didistribusikan secara
luas ke cairan ekstrasel.
· Metabolism dan Ekskresi : natrium dan
bikarbonat diekskresi oleh ginjal.
· Waktu paruh : tidak diketahui.
Kontraindikasi dan perhatian
· Dikontraindikasi dan perhatian :
o
Alkalosis
metabolic atau respiratorik.
o
Hipokalsemia.
o
Kehilangan
klorida berlebihan.
o
Sebagai
antidotum setelah ingesti asam mineral kuat.
o
Pasien
yang menjalani diet rendah natrium (hanya penggunaan oral sebagai antacid).
o
Gagal
ginjal (untuk digunakan hanya sebagai autisida).
o
Nyeri
abdomen berat yang tidak diketahui penyebabnya, terutama bila disertai demam
(hanya pada penggunaan oral sebagai antacid).
· Gunakan secara hati-hati pada :
o
Gagal
jantung kongestif.
o
Insufisiensi
ginjal.
o
Penggunaan
bersama terapi glukokortikoid.
o
Penggunaan
kronik sebagai antacid (dapat menyebabkan alkalosis metabolic dan kemungkinan
kelebihan beban natrium).
Reaksi merugikan dan efek samping
· KV : edema.
· C dan E : retensi natrium dan air,
alkalosis metabolic, hipernatremia, hipokalemia, hipokalsemia.
· GI : PO-distenis lambung, flatulens.
·
Lokal
: iritasi pada tempat penyuntikkan IV.
· Neuro : tetani.
Interaksi
· Obat-obat:
o
Setelah
pemberian oral dapat menurunkan absorpsi ketokonazol.
o
Penggunaan
bersama antacid yang mengandung kalsium dapat mengakibatkan terjadinya sindrom
alkali susu.
o
Alkalinisasi
urine dapat mengakibatkan berkurangnya kadar salisilat san barbiturate dalam
darah; meningkatkan kadar darah quinidin, meksiletin, flekainid, atau
amfetamin; meningkatkan risiko kristaluria dari fluoroquinolon; mengurangi
efektivitas metenamin.
Rute dan dosis
· Mengandung 12 mEq natrium/g.
· Resusitasi jantung paru
o
Dosis
harus ditentukan berdasarkan pengkajian lab yang sering.
o
IV
(dewasa, anak-anak, dan neonates) : 1 mEq dapat diulang 0,5 mEq/kg tiap 10
menit.
· Alkalinisasi urine
o
PO
(dewasa) : 48 mEq (4 g) di awal. Kemudian 12-24 mEq (1-2 g) tiap 4 jam (sampai
48 mEq tiap 4 jam) atau 1 sendok teh bubuk tiap 4 jam sesuai kebutuhan.
o
PO
(anak-anak) : 1-10 mEq/kg (12-120 mg/kg) per hari dalam dosis terbagi.
o
IV
(dewasa dan anak-anak) : 2-5 mEq/kg.
· Antacid
o
PO
(dewasa) : 325 mg-2 g 1-4 kali sehari atau ½ sendok teh tiap 2 jam sesuai
kebutuhan.
· Asidosis metabolic
o
Dosis
harus ditentukan berdasarkan pengkajian lab yang sering.
o
IV
(dewasa dan anak-anak) : 2-5 mEq /kg sebagai infuse 4-8 jam.
Sediaan
· Bubuk oral
o
Tablet
: 325 mg, {500 mg}, 520, 650 mg.
o
Injeksi
: 4,2 % (0,5 mEq/ml), 5% (0,6 mEq/ml), 6,4 % (1 mEq/ml).
o
Larutan
tambahan penetralisir : 4% (0,48 mEq/ml), 4,2 % (0,5 mEq/ml).
o
Dalam
kombinasi dengan : natrium sitrat (Citrocarbonate).
· Waktu / profil kerja obat (PO=efek
antacid, IV=alkalinisasi)
AWITAN PUNCAK DURASI
PO segera 30
menit 1-3 jam
IV
segera cepat tidak
diketahui
Implikasi keperawatan
· Pengkajian
o
Kaji
keseimbangan cairan (asupan dan haluaran, berat badan harian, edema, bunyi
paru) selama terapi. Beritahu dokter bila terjadi gejala kelebihan cairan
(hipertensi, edema, dispnea, ronkhi/krekels, sputum berbusa).
o
Kaji
pasien untuk adanya tanda-tanda asidosis (disorientasi, sakit kepala,
kelemahan, dispnea, hiperventilasi), alkalosis (konfusi, iritabilitas,
parestesia, tetani, perubahan pola pernapasan), atau hipernatremia (edema,
penambahan berat badan, hipertensi, takikardia, demam, kulit memerah,
iritabilitas mental), atau hipokalemia (kelemahan, keletihan, gelombang U pada
EKG, aritmia, poliuria, polidipsia) selama terapi.
o
Observasi
tempat penyuntikan IV secara ketat. Hindari ekstravasasi, karena dapat terjadi
iritasi jaringan atau selulitis. Bila terjadi infiltrasi, konfirmasikan dengan
dokter mengenai kompres hangat dan infiltrasi tempat yang terkena dengan
lidokain atau hialuronidase.
· Pertimbangan tes lab :
o
Pantau
konsentrasi natrium, kalium, kalsium, bikarbonat serum, osmolaritas serum,
keseimbangan asam/basa, dan fungsi ginjal sebelum dan secara periodic selama
terapi.
o
Gas
darah arteri (AGD) harus diperiksa dengan sering dalam keadaan darurat.
o
Pantau
pH urine dengan sering bila digunakan untuk alkalinisasi urine.
o
Mengantagonis
efek pentagastrin dan histamine selama tes sekresi asam lambung. Hindari
pemberiannya selama 24 jam sebelum tes dilakukan.
· Antacid : kaji pasien untuk adanya
nyeri abdomen atau epigastrik dan darah nyata atau darah samar dalam feses,
emesis, atau aspirat lambung.
2.
Glukosa + Insulin
Umumnya diberi 50 ml glukosa 50%
bersama 12 Unit insulin secara intravena (“sumber : farmakologi untuk keperawatan – dr. Jan
Tambayong”).
Pemberian infus
glukosa dan insulin (50 ml glukosa 50% dengan 10 U
insulin kerja cepat) selama 15 menit dapat menurunkan kalium 1-2mEq/L dalam
waktu 30-60 menit. Insulin bekerja dengan menstimulasi pompa N-K-ATPase pada
otot skelet dan jantung, hati dan lemak, memasukkan kalium kedalam sel. Glukosa
di tambahkan guna mencegah hipoglikemia (http://ezcobar.com/dokter-online/dokter15/index.php?option=com)
Ini digunakan
sebagai tindakan darurat sementara untuk menangani hiperkalemia. Glukosa dan
insulin mendorong kalium ke dalam sel-sel, sehingga kadar serum kalium menurun
sementara sampai kalium diambil melalui proses dialysis. Kalium akan keluar
dari sel dan kembali meningkat sampai ketingkat yang berbahaya kecuali di ambil
melaui proses dialysis. (“sumber : KMB Brunner & Suddarth vol 2” )
3.
Resin Polistiren
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion
pengganti resin (Natrium polistiren sulfonat [Kayexalate]), secara oral atau melalui retensi enema. Kayexalate bekerja
dengan merubah ion kalium menjadi natrium di saluran intestinal. Sorbitol sering
diberikan bersama dengan Kayexalate untuk menginduksi efek tipe diare
(menginduksi kehilangan cairan di saluaran gastrointestinal). (“sumber : KMB Brunner & Suddarth vol 2” )
Contoh polistiren
adalah Resonium A dan kalsium resonium. Resonium A dapat diberi oral
atau rectal. Polistiren adalah resin penukar-kation, yang membebaskan ion Na
dan H, ditukar dengan ion kalium, dan ion kalium terikat itu kemudian
diekskresi dalam feses. Karena kerja tidak cepat, lebih cocok untuk pengobatan
hiperkalemia menahun. Dipilih kalsium resonium bila tidak dikehendaki masukan
natrium berlebihan. (“sumber : farmakologi untuk
keperawatan – dr. Jan Tambayong”).
4.
Kalsium
Mula-mula di
berikan kalsium intravena (Ca glukonat) 10% sebanyak 10 ml yang dapat di ulangi
sampai terjadi perubahan gelombang T. Belum jelas cara kerjanya, kadar kalium
tak berubah, kerja obat ini pada jatung berfungsi untuk menstabilkan membran.
Pengaruh obat ini hanya sekitar 20-60 menit. Pemberian kalsium menjadi kontraindikasi di kondisi klien
yang hiperkalsemia. (http://ezcobar.com/dokter-online/dokter15/index.php?option=com)
Ø Pemberian diuretic
Pada GGA sering
di berikan diuretik golongan loop yang sering bermanfaat pada keadaan tertentu.
Pemberian diuretik furosemid mencegah reabsorpsi Na sehingga mengurangi
metabolisme sel tubulus, selain itu juga di harapkan aliran urin dapat
membersihkan endapan, silinder sehingga menghasilkan obstruksi, selain itu
furosemid dapat mengurangi masa oliguri.
Dosis yang
diberikan amat bervariasi di mulai dengan dosis konvensional 40 mg intravena,
kemudian apabila tidak ada respons kenaikan bertahap dengan dosis tinggi 200 mg
setiap jam, selanjutnya infus 10-40 mg/jam. Pada tahap lebih lanjut apabila
belum ada respons dapat di berikan furosemid dalam albumin yang di berikan
secara intravena selama 30 menit dengan dosis yang sama atau bersama dengan
HCT.
FUROSEMID (Apo-Furosemid), (Furoside), Lasix, Myrosemide,
(Novo-Furosemid), (Uritol)
·
Klasifikasi
Diuretic
(loop)
·
Indikasi
-
Penatalaksanaan
: edema akibat gagal ginjal, jantung kongestif, penyakit hati atau ginjal.
-
Digunakan
sendiri atau dalam kombinasi dengan antihipertensi dalam pengobatan hipertensi.
Penatalaksanaan hiperkalsemia pada keganasan.
·
Kerja obat
-
Menghambat
reabsorpsi natrium dan klorida dari ansa Henle dan tubulus ginjal diatal.
-
Meningkatkan
ekskresi ginjal yang terdiri dari air, natrium, klorida, magnesium, hydrogen,
dan kalsium.
-
Dapat
memiliki efek vasodilatasi ginjal dan perifer
-
Efektivitas
akan menetap pada kerusakan fungsi ginjal.
-
Efek
terapeutik : diuresis dan mobilisasi kelebihan cairan (edema, efusi pleura),
menurunkan tekanan darah.
·
Farmakokinetik
-
Absorpsi
: diabsorpsi dari saluran GI (60-70%) setelah pemberian oral. Juga diabsorpsi
dari tempat penyuntikan IM.
-
Distribusi
: distribusnya tidak diketahui. Menembus plasenta dan memasuki ASI.
-
Metabolisme
dan ekskresi : sebagian dimetabolisme oleh hati (30-40%). Sebagian metabolisme
nonhepatik. Sebagian diekskresi oleh ginjal dalam bentuk yang tidak berubah.
-
Waktu
paruh : 30-60 menit (meningkat pada kerusakan ginjal dan neonatus, sangat
meningkat pada kerusakan hati).
·
Kontraindikasi dan perhatian
-
Dikontraindikasikan
pada : hipersensitivitas, sensitivitas silang dengan tiazid dan sulfonamide,
kehamilan atau laktasi.
-
Gunakan
secara hati-hati pada : penyakit hati parah, deplesi elektrolit, diabetes
mellitus, anuria atau peningkatan azotemia.
·
Reaksi merugikan dan efek samping
-
SSP
: pusing, sakit kepala, ensefalopati
-
Mata
dan THT : tuli, tinnitus
-
KV
: hipertensi
-
GI
: mual, muntah, diare, konstipasi
-
GU
: sering berkemih
-
Derm
: ruam, fotosensitivitas
-
Endo
: hiperglikemia
-
C
dan E : alkalosis metabolic, hipovolemia, hipokloremia, hipomagnesemia
-
Hema
: dikarasia darah
-
Metab
: hiperurisemia (kadar asam urat serum meningkat)
-
MS
: kram otot
-
Lain-lain
: peningkatan BUN
·
Interaksi
Obat-obat :
-
Hipotensi
akan bertambah pada pengguna bersama antihipertensi lain atau nitrat
-
Hipokalemia
akan bertambah bila digunakan bersama diuretic, mezlosilin, piperasilin,
amfoterisin B dan glukokortikoid hipokalemia dapat meningkatkan toksisitas
glikosida jantung
-
Menurunkan
ekskresi litium, dapat menyebabkan toksisitas
-
Meningkatkan
resiko ototoksisitas bila digunakan bersama aminoglikosida
-
Dapat
meningkatkan efektivitas antikoagulan oral
·
Rute dan dosis
-
PO,
IM, IV (dewasa) : 20-80 mg/hari diawal (mungkin diperlukan sampai 600
mg; dosis sampai 1 gr/hari sudah digunakan pada GIK dan gagal ginjal). Jika dosis
rumatan sudah ditentukan, dosis dapat diberikan dua hari sekali atau 2-3 kali
seminggu.
-
PO,
IM, IV (anak-anak) : 1-2 mg/kg/hari di awal (sampai 6 mg/kg/hari); dapat
ditingkatkan dengan interval 6-8 jam.
·
Sediaan
-
Tablet
: 20 mg, 40 mg, 80 mg
-
Larutan
oral : 40 mg/5 ml
-
Injeksi
: 10 mg/ml
· Waktu / Profil kerja obat (efek diuretic)
AWITAN PUNCAK DURASI
PO 30-60
menit 1-2 jam 6-8 jam
IM 10-30
menit tidak diketahui 4-8 jam
IV 5
menit 30
menit 2 jam
· Implikasi Keperawatan
-
Pengkajian
o
kaji
status cairan selama terapi. Pantau berat badan harian, perbandingan asupan dan
haluaran, jumlah, dan lokasi edema, bunyi paru, turgor kulit, dan membrane
mukosa. Beritahu dokter bila terjadi kehausan, mulut kering, letargi,
kelemahan, hipotensi atau oliguria.
o
Pantau
tekanan darah dan nadi sebelum dan selama pemberian.
o
Kaji
pasien yang mendapat glikosida jantung untuk adanya anoreksia, mual, muntah,
kram otot, parestesia, konfusi. Pasien yang mendapat glikosida jantung berisiko
tinggi mengalami toksisitas digitalis karena adanya efek deplesi kalium dari
diuretic.
o
Kaji
pasien untuk adanya tinnitus dan kehilangan pendengaran. Audiometric dianjurkan
untuk pasien yang mendapat terapi jangka panjang. Kehilangan pendengaran paling
sering terjadi setelah pemberian IV yang cepat atau dosis tinggi pada
pasien-pasien dengan penurunan fungsi ginjal atau yang memakai obat ototoksik
lain.
o
Kaji
adanya letargi terhadap sulfonamide.
-
Pertimbangan
tes lab : pantau elektrolit, fungsi hati dan ginjal, glukosa, dan asam urat
sebelum dan secara periodic selama terapi. Dapat menyebabkan penurunan kadar
elektrolit (terutama kalium). Dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah, BUN,
dan asam urat.
MANITOL
Indikasi
· IV : adjuvant dalam pengobatan gagal
ginjal oligurik akut. Adjuvant dalam pengobatan edema. Penurunan tekanan
intracranial atau intraokuler. Untuk meningkatkan ekskresi zat toksik tertentu.
· Irigan GU : digunakan sebagai irigan
selama prosedur transurethral.
Kerja obat
· Meningkatkan tekanan osmotic pada
filtrasi glomerulus, sehingga menghambat reabsorpsi air dan elektrolit.
· Menyebabkan ekskresi: air, natrium,
kalium, klorida, kalsium, fosfor, magnesium, urea, asam urat.
Farmakokinetik
· Absorpsi : hanya diberikan secara IV,
mengakibatkan ketersediaan hayati yang sempurna. Sebagian absorpsi dapat
terjadi selama penggunaan sebagai irigan GU.
· Distribusi : terkumpul pada ruang
ekstraseluler. Biasanya tidak menembus sawar darah otak atau mata.
· Metabolism dan Ekskresi : diekskresi
oleh ginjal. Metabolisme minimal oleh hati.
· Waktu paruh : 100 menit.
Kontraindikasi dan perhatian
· Dikontraindikasikan pada :
hipersensitivitas, anuria, dehidrasi, perdarahan intracranial aktif.
· Gunakan secara hati-hati pada :
kehamilan dan laktasi (keamanan penggunaan belum ditetapkan).
Reaksi merugikan dan efek samping
· SSP : sakit kepala, konfusi.
· Mata dan THT : penglihatan kabur,
ritmia.
· KV : peningkatan volume sementara,
takikardia, nyeri dada, gagal jantung kongestif, edema pulmoner.
· GI : haus, mual, muntah.
· GU : gagal ginjal, retensi urine.
· C dan E : hiponatremia,
hipernatremia, hiperkalemia, dehidrasi.
· Lokal : flebitis ditempat penyuntikan
IV.
Interaksi
· Obat-obat : meningkatkan ekskresi
litium; dapat menurunkan efektivitas.
Rute dan Dosis
· Edema, gagal ginjal oligurik
o
IV
(dewasa) : 50-100 g sebagai solusio 5-25%. Dapat didahului dengan dosis uji 0,2
g/kg selama 3-5 menit.
o
IV
(anak-anak) : 0,25-2 g/kg sebagai solusio 15-20% selama 2-6 jam. Dapat
didahului dengan dosis uji 0,2 g/kg selama 3-5 menit.
· Penurunan tekanan intracranial atau
intraokuler
o
IV
(dewasa) : 0,25-2 g/kg sebagai solusio 15-25 % selama 30-60 menit.
o
IV
(anak-anak) : 1-2 g/kg (30-60 g/m2) sebagai solusio 15-20% selama
30-60 menit (500 mg/kg cukup untuk pasien berukuran kecil atau pasien yang
lemah).
· Diuresis dalam intoksikasi obat
o
IV
(dewasa) : 50-200 g sebagai solusio 5-25% dititrasi untuk mempertahankan aliran
urine 100-500 ml/jam.
o
IV
(anak-anak) : sampai 2 g/kg (60 g/m2) sebagai solusio 5-10%.
Sediaan
· Injeksi IV : 5%, 10%, 15%, 20%.
· Irigan GU : 5% dan dalam kombinasi
dengan sorbitol.
Waktu / profil kerja obat (efek
diuretik)
AWITAN PUNCAK DURASI
IV 30-60 mnt 1 jam 6-8 jam
Implikasi keperawatan
Pengkajian
· Informasi umum : pantau tanda-tanda
vital, haluaran urine, CVP, dan tekanan arteri pulmoner (pulmonary artery
pressures), sebelum dan setiap jam
selama pemberian. Kaji pasien untuk adanya tanda dan gejala dehidrasi
(penurunan turgor kulit, demam, kulit, dan membrane mukosa kering, haus) atau
tanda-tanda kelebihan cairan (peningkatan CVP, dispnea, ronki/krekels, edema).
Kaji pasien untuk adanya anoreksia, kelemahan otot, kebas, kesemutan,
parestesia, konfusi dan rasa haus berlebihan. Segera beritahu dokter jika
tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit ini terjadi.
· Peningkatan tekanan intracranial :
pantau status neurologic dan hasil pembacaan tekanan intracranial pada pasien
yang menerima obat ini untuk mengurangi edema serebri.
· Peningkatan tekanan intraokuler :
pantau adanya nyeri mata yang menetap atau meningkat atau penurunan ketajaman
penglihatan.
· Pertimbangan tes lab : fungsi ginjal
dan elektrolit serum harus dipantau secara rutin selama terapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar