Kamis, 25 Oktober 2012

Penanganan hiperkalemia


Ø  Penanganan hiperkalemia
Karena ekskresi kalium menurun pada pasien gagal ginjal oligurik, kalium tertimbun dan berakibat  hiperkalemia. Hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini (dapat berakibat aritmia dan henti jantung). Oleh karena itu, pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium >5,5 mEq/L; SI : 5,5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis.
1.      Natrium Bikarbonat
Agens ini diberikan berupa infuse intravena 500 ml Na-bikarbonat isotonic (“sumber : farmakologi untuk keperawatan – dr. Jan Tambayong”).
Natrium bikarbonat dapat diberikan untuk menaikkan pH plasma. Natrium bikarbonat meningkatkan pH, menyebabkan kalium bergerak ke dalam sel, sehingga kadar seum kalium pasien menurun. Efeknya cepat. Ini merupakan terapi jangka pendek dan digunakan bersamaan dengan tindakan jangka panjang lain, seperti pembatasa diet dan dialysis (“sumber : KMB Brunner & Suddarth vol 2” )
Baking soda, Bellans, Citrocarbonate, Neut, Soda Mint.
Klasifikasi
·      Pengatur elektrolit (agens pengalkalinisasi), Antasid, Kategori kehamilan C.
Indikasi
·      PO, IV : penatalaksanaan asidosis metabolic.
·      PO, IV : digunakan untuk mengalkalinisasi urine dan mendorong ekskresi obat tertentu bila terjadi overdosis (fenobarbital, aspirin).
·      PO : antacid.
Kerja obat
·      Bekerja sebagai agens pengalkalinisasi dengan melepaskan ion bikarbonat.
·      Setelah pemberian oral, melepaskan bikarbonat, yang mampu menetralkan asam lambung.
·      Efek terapeutik : alkalinisasi, netralisasi asam lambung.
Farmakokinetik
·      Absorpsi : setelah pemberian oral, kelebihan bikarbonat akan diabsorpsi dan mengakibatkan alkalosis metabolic dan urin alkali.
·      Distribusi : didistribusikan secara luas ke cairan ekstrasel.
·      Metabolism dan Ekskresi : natrium dan bikarbonat diekskresi oleh ginjal.
·      Waktu paruh : tidak diketahui.
Kontraindikasi dan perhatian
·      Dikontraindikasi dan perhatian :
o  Alkalosis metabolic atau respiratorik.
o  Hipokalsemia.
o  Kehilangan klorida berlebihan.
o  Sebagai antidotum setelah ingesti asam mineral kuat.
o  Pasien yang menjalani diet rendah natrium (hanya penggunaan oral sebagai antacid).
o  Gagal ginjal (untuk digunakan hanya sebagai autisida).
o  Nyeri abdomen berat yang tidak diketahui penyebabnya, terutama bila disertai demam (hanya pada penggunaan oral sebagai antacid).
·      Gunakan secara hati-hati pada :
o  Gagal jantung kongestif.
o  Insufisiensi ginjal.
o  Penggunaan bersama terapi glukokortikoid.
o  Penggunaan kronik sebagai antacid (dapat menyebabkan alkalosis metabolic dan kemungkinan kelebihan beban natrium).
Reaksi merugikan dan efek samping
·      KV : edema.
·      C dan E : retensi natrium dan air, alkalosis metabolic, hipernatremia, hipokalemia, hipokalsemia.
·      GI : PO-distenis lambung, flatulens.
·      Lokal : iritasi pada tempat penyuntikkan IV.
·      Neuro : tetani.
Interaksi
·      Obat-obat:
o  Setelah pemberian oral dapat menurunkan absorpsi ketokonazol.
o  Penggunaan bersama antacid yang mengandung kalsium dapat mengakibatkan terjadinya sindrom alkali susu.
o  Alkalinisasi urine dapat mengakibatkan berkurangnya kadar salisilat san barbiturate dalam darah; meningkatkan kadar darah quinidin, meksiletin, flekainid, atau amfetamin; meningkatkan risiko kristaluria dari fluoroquinolon; mengurangi efektivitas metenamin.
Rute dan dosis
·      Mengandung 12 mEq natrium/g.
·      Resusitasi jantung paru
o  Dosis harus ditentukan berdasarkan pengkajian lab yang sering.
o  IV (dewasa, anak-anak, dan neonates) : 1 mEq dapat diulang 0,5 mEq/kg tiap 10 menit.
·      Alkalinisasi urine
o  PO (dewasa) : 48 mEq (4 g) di awal. Kemudian 12-24 mEq (1-2 g) tiap 4 jam (sampai 48 mEq tiap 4 jam) atau 1 sendok teh bubuk tiap 4 jam sesuai kebutuhan.
o  PO (anak-anak) : 1-10 mEq/kg (12-120 mg/kg) per hari dalam dosis terbagi.
o  IV (dewasa dan anak-anak) : 2-5 mEq/kg.
·      Antacid
o  PO (dewasa) : 325 mg-2 g 1-4 kali sehari atau ½ sendok teh tiap 2 jam sesuai kebutuhan.
·      Asidosis metabolic
o  Dosis harus ditentukan berdasarkan pengkajian lab yang sering.
o  IV (dewasa dan anak-anak) : 2-5 mEq /kg sebagai infuse 4-8 jam.
Sediaan
·      Bubuk oral
o  Tablet : 325 mg, {500 mg}, 520, 650 mg.
o  Injeksi : 4,2 % (0,5 mEq/ml), 5% (0,6 mEq/ml), 6,4 % (1 mEq/ml).
o  Larutan tambahan penetralisir : 4% (0,48 mEq/ml), 4,2 % (0,5 mEq/ml).
o  Dalam kombinasi dengan : natrium sitrat (Citrocarbonate).
·      Waktu / profil kerja obat (PO=efek antacid, IV=alkalinisasi)
AWITAN           PUNCAK           DURASI
            PO       segera             30 menit          1-3 jam
            IV         segera             cepat               tidak diketahui

Implikasi keperawatan
·      Pengkajian
o  Kaji keseimbangan cairan (asupan dan haluaran, berat badan harian, edema, bunyi paru) selama terapi. Beritahu dokter bila terjadi gejala kelebihan cairan (hipertensi, edema, dispnea, ronkhi/krekels, sputum berbusa).
o  Kaji pasien untuk adanya tanda-tanda asidosis (disorientasi, sakit kepala, kelemahan, dispnea, hiperventilasi), alkalosis (konfusi, iritabilitas, parestesia, tetani, perubahan pola pernapasan), atau hipernatremia (edema, penambahan berat badan, hipertensi, takikardia, demam, kulit memerah, iritabilitas mental), atau hipokalemia (kelemahan, keletihan, gelombang U pada EKG, aritmia, poliuria, polidipsia) selama terapi.
o  Observasi tempat penyuntikan IV secara ketat. Hindari ekstravasasi, karena dapat terjadi iritasi jaringan atau selulitis. Bila terjadi infiltrasi, konfirmasikan dengan dokter mengenai kompres hangat dan infiltrasi tempat yang terkena dengan lidokain atau hialuronidase.
·      Pertimbangan tes lab :
o  Pantau konsentrasi natrium, kalium, kalsium, bikarbonat serum, osmolaritas serum, keseimbangan asam/basa, dan fungsi ginjal sebelum dan secara periodic selama terapi.
o  Gas darah arteri (AGD) harus diperiksa dengan sering dalam keadaan darurat.
o  Pantau pH urine dengan sering bila digunakan untuk alkalinisasi urine.
o  Mengantagonis efek pentagastrin dan histamine selama tes sekresi asam lambung. Hindari pemberiannya selama 24 jam sebelum tes dilakukan.
·      Antacid : kaji pasien untuk adanya nyeri abdomen atau epigastrik dan darah nyata atau darah samar dalam feses, emesis, atau aspirat lambung.

2.      Glukosa + Insulin
Umumnya diberi 50 ml glukosa 50% bersama 12 Unit insulin secara intravena (“sumber : farmakologi untuk keperawatan – dr. Jan Tambayong”).
Pemberian infus glukosa dan insulin (50 ml glukosa 50% dengan 10 U insulin kerja cepat) selama 15 menit dapat menurunkan kalium 1-2mEq/L dalam waktu 30-60 menit. Insulin bekerja dengan menstimulasi pompa N-K-ATPase pada otot skelet dan jantung, hati dan lemak, memasukkan kalium kedalam sel. Glukosa di tambahkan guna mencegah hipoglikemia (http://ezcobar.com/dokter-online/dokter15/index.php?option=com)
Ini digunakan sebagai tindakan darurat sementara untuk menangani hiperkalemia. Glukosa dan insulin mendorong kalium ke dalam sel-sel, sehingga kadar serum kalium menurun sementara sampai kalium diambil melalui proses dialysis. Kalium akan keluar dari sel dan kembali meningkat sampai ketingkat yang berbahaya kecuali di ambil melaui proses dialysis. (“sumber : KMB Brunner & Suddarth vol 2” )
3.      Resin Polistiren
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistiren sulfonat [Kayexalate]), secara oral atau melalui retensi enema. Kayexalate bekerja dengan merubah ion kalium menjadi natrium di saluran intestinal. Sorbitol sering diberikan bersama dengan Kayexalate untuk menginduksi efek tipe diare (menginduksi kehilangan cairan di saluaran gastrointestinal). (“sumber : KMB Brunner & Suddarth vol 2” )
Contoh polistiren  adalah Resonium A dan kalsium resonium. Resonium A dapat diberi oral atau rectal. Polistiren adalah resin penukar-kation, yang membebaskan ion Na dan H, ditukar dengan ion kalium, dan ion kalium terikat itu kemudian diekskresi dalam feses. Karena kerja tidak cepat, lebih cocok untuk pengobatan hiperkalemia menahun. Dipilih kalsium resonium bila tidak dikehendaki masukan natrium berlebihan. (“sumber : farmakologi untuk keperawatan – dr. Jan Tambayong”).
4.      Kalsium
Mula-mula di berikan kalsium intravena (Ca glukonat) 10% sebanyak 10 ml yang dapat di ulangi sampai terjadi perubahan gelombang T. Belum jelas cara kerjanya, kadar kalium tak berubah, kerja obat ini pada jatung berfungsi untuk menstabilkan membran. Pengaruh obat ini hanya sekitar 20-60 menit. Pemberian kalsium menjadi kontraindikasi di kondisi klien yang hiperkalsemia. (http://ezcobar.com/dokter-online/dokter15/index.php?option=com)
Ø  Pemberian diuretic
Pada GGA sering di berikan diuretik golongan loop yang sering bermanfaat pada keadaan tertentu. Pemberian diuretik furosemid mencegah reabsorpsi Na sehingga mengurangi metabolisme sel tubulus, selain itu juga di harapkan aliran urin dapat membersihkan endapan, silinder sehingga menghasilkan obstruksi, selain itu furosemid dapat mengurangi masa oliguri.
Dosis yang diberikan amat bervariasi di mulai dengan dosis konvensional 40 mg intravena, kemudian apabila tidak ada respons kenaikan bertahap dengan dosis tinggi 200 mg setiap jam, selanjutnya infus 10-40 mg/jam. Pada tahap lebih lanjut apabila belum ada respons dapat di berikan furosemid dalam albumin yang di berikan secara intravena selama 30 menit dengan dosis yang sama atau bersama dengan HCT.
FUROSEMID (Apo-Furosemid), (Furoside), Lasix, Myrosemide, (Novo-Furosemid), (Uritol)
·         Klasifikasi
Diuretic (loop)
·         Indikasi
-        Penatalaksanaan : edema akibat gagal ginjal, jantung kongestif, penyakit hati atau ginjal.
-        Digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan antihipertensi dalam pengobatan hipertensi. Penatalaksanaan hiperkalsemia pada keganasan.
·         Kerja obat
-        Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida dari ansa Henle dan tubulus ginjal diatal.
-        Meningkatkan ekskresi ginjal yang terdiri dari air, natrium, klorida, magnesium, hydrogen, dan kalsium.
-        Dapat memiliki efek vasodilatasi ginjal dan perifer
-        Efektivitas akan menetap pada kerusakan fungsi ginjal.
-        Efek terapeutik : diuresis dan mobilisasi kelebihan cairan (edema, efusi pleura), menurunkan tekanan darah.
·         Farmakokinetik
-        Absorpsi : diabsorpsi dari saluran GI (60-70%) setelah pemberian oral. Juga diabsorpsi dari tempat penyuntikan IM.
-        Distribusi : distribusnya tidak diketahui. Menembus plasenta dan memasuki ASI.
-        Metabolisme dan ekskresi : sebagian dimetabolisme oleh hati (30-40%). Sebagian metabolisme nonhepatik. Sebagian diekskresi oleh ginjal dalam bentuk yang tidak berubah.
-        Waktu paruh : 30-60 menit (meningkat pada kerusakan ginjal dan neonatus, sangat meningkat pada kerusakan hati).
·         Kontraindikasi dan perhatian
-        Dikontraindikasikan pada : hipersensitivitas, sensitivitas silang dengan tiazid dan sulfonamide, kehamilan atau laktasi.
-        Gunakan secara hati-hati pada : penyakit hati parah, deplesi elektrolit, diabetes mellitus, anuria atau peningkatan azotemia.
·         Reaksi merugikan dan efek samping
-        SSP : pusing, sakit kepala, ensefalopati
-        Mata dan THT : tuli, tinnitus
-        KV : hipertensi
-        GI : mual, muntah, diare, konstipasi
-        GU : sering berkemih
-        Derm : ruam, fotosensitivitas
-        Endo : hiperglikemia
-        C dan E : alkalosis metabolic, hipovolemia, hipokloremia, hipomagnesemia
-        Hema : dikarasia darah
-        Metab : hiperurisemia (kadar asam urat serum meningkat)
-        MS : kram otot
-        Lain-lain : peningkatan BUN
·         Interaksi
Obat-obat :
-        Hipotensi akan bertambah pada pengguna bersama antihipertensi lain atau nitrat
-        Hipokalemia akan bertambah bila digunakan bersama diuretic, mezlosilin, piperasilin, amfoterisin B dan glukokortikoid hipokalemia dapat meningkatkan toksisitas glikosida jantung
-        Menurunkan ekskresi litium, dapat menyebabkan toksisitas
-        Meningkatkan resiko ototoksisitas bila digunakan bersama aminoglikosida
-        Dapat meningkatkan efektivitas antikoagulan oral
·         Rute dan dosis
-        PO, IM, IV (dewasa) : 20-80 mg/hari diawal (mungkin diperlukan sampai 600 mg; dosis sampai 1 gr/hari sudah digunakan pada GIK dan gagal ginjal). Jika dosis rumatan sudah ditentukan, dosis dapat diberikan dua hari sekali atau 2-3 kali seminggu.
-        PO, IM, IV (anak-anak) : 1-2 mg/kg/hari di awal (sampai 6 mg/kg/hari); dapat ditingkatkan dengan interval 6-8 jam.
·         Sediaan
-        Tablet : 20 mg, 40 mg, 80 mg
-        Larutan oral : 40 mg/5 ml
-        Injeksi : 10 mg/ml
·      Waktu / Profil kerja obat (efek diuretic)
            AWITAN                       PUNCAK                       DURASI
PO                 30-60 menit                1-2 jam                                    6-8 jam
IM                 10-30 menit                tidak diketahui                        4-8 jam
IV                   5 menit                                    30 menit                      2 jam
·      Implikasi Keperawatan
-    Pengkajian
o  kaji status cairan selama terapi. Pantau berat badan harian, perbandingan asupan dan haluaran, jumlah, dan lokasi edema, bunyi paru, turgor kulit, dan membrane mukosa. Beritahu dokter bila terjadi kehausan, mulut kering, letargi, kelemahan, hipotensi atau oliguria.
o  Pantau tekanan darah dan nadi sebelum dan selama pemberian.
o  Kaji pasien yang mendapat glikosida jantung untuk adanya anoreksia, mual, muntah, kram otot, parestesia, konfusi. Pasien yang mendapat glikosida jantung berisiko tinggi mengalami toksisitas digitalis karena adanya efek deplesi kalium dari diuretic.
o  Kaji pasien untuk adanya tinnitus dan kehilangan pendengaran. Audiometric dianjurkan untuk pasien yang mendapat terapi jangka panjang. Kehilangan pendengaran paling sering terjadi setelah pemberian IV yang cepat atau dosis tinggi pada pasien-pasien dengan penurunan fungsi ginjal atau yang memakai obat ototoksik lain.
o  Kaji adanya letargi terhadap sulfonamide.
-    Pertimbangan tes lab : pantau elektrolit, fungsi hati dan ginjal, glukosa, dan asam urat sebelum dan secara periodic selama terapi. Dapat menyebabkan penurunan kadar elektrolit (terutama kalium). Dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah, BUN, dan asam urat.
MANITOL
Indikasi
·      IV : adjuvant dalam pengobatan gagal ginjal oligurik akut. Adjuvant dalam pengobatan edema. Penurunan tekanan intracranial atau intraokuler. Untuk meningkatkan ekskresi zat toksik tertentu.
·      Irigan GU : digunakan sebagai irigan selama prosedur transurethral.
Kerja obat
·      Meningkatkan tekanan osmotic pada filtrasi glomerulus, sehingga menghambat reabsorpsi air dan elektrolit.
·      Menyebabkan ekskresi: air, natrium, kalium, klorida, kalsium, fosfor, magnesium, urea, asam urat.
Farmakokinetik
·      Absorpsi : hanya diberikan secara IV, mengakibatkan ketersediaan hayati yang sempurna. Sebagian absorpsi dapat terjadi selama penggunaan sebagai irigan GU.
·      Distribusi : terkumpul pada ruang ekstraseluler. Biasanya tidak menembus sawar darah otak atau mata.
·      Metabolism dan Ekskresi : diekskresi oleh ginjal. Metabolisme minimal oleh hati.
·      Waktu paruh : 100 menit.
Kontraindikasi dan perhatian
·      Dikontraindikasikan pada : hipersensitivitas, anuria, dehidrasi, perdarahan intracranial aktif.
·      Gunakan secara hati-hati pada : kehamilan dan laktasi (keamanan penggunaan belum ditetapkan).
Reaksi merugikan dan efek samping
·      SSP : sakit kepala, konfusi.
·      Mata dan THT : penglihatan kabur, ritmia.
·      KV : peningkatan volume sementara, takikardia, nyeri dada, gagal jantung kongestif, edema pulmoner.
·      GI : haus, mual, muntah.
·      GU : gagal ginjal, retensi urine.
·      C dan E : hiponatremia, hipernatremia, hiperkalemia, dehidrasi.
·      Lokal : flebitis ditempat penyuntikan IV.
Interaksi
·      Obat-obat : meningkatkan ekskresi litium; dapat menurunkan efektivitas.
Rute dan Dosis
·      Edema, gagal ginjal oligurik
o  IV (dewasa) : 50-100 g sebagai solusio 5-25%. Dapat didahului dengan dosis uji 0,2 g/kg selama 3-5 menit.
o  IV (anak-anak) : 0,25-2 g/kg sebagai solusio 15-20% selama 2-6 jam. Dapat didahului dengan dosis uji 0,2 g/kg selama 3-5 menit.
·      Penurunan tekanan intracranial atau intraokuler
o  IV (dewasa) : 0,25-2 g/kg sebagai solusio 15-25 % selama 30-60 menit.
o  IV (anak-anak) : 1-2 g/kg (30-60 g/m2) sebagai solusio 15-20% selama 30-60 menit (500 mg/kg cukup untuk pasien berukuran kecil atau pasien yang lemah).
·      Diuresis dalam intoksikasi obat
o  IV (dewasa) : 50-200 g sebagai solusio 5-25% dititrasi untuk mempertahankan aliran urine 100-500 ml/jam.
o  IV (anak-anak) : sampai 2 g/kg (60 g/m2) sebagai solusio 5-10%.
Sediaan
·      Injeksi IV : 5%, 10%, 15%, 20%.
·      Irigan GU : 5% dan dalam kombinasi dengan sorbitol.

Waktu / profil kerja obat (efek diuretik)
                           AWITAN                       PUNCAK                       DURASI
IV                       30-60 mnt                   1 jam                           6-8 jam
Implikasi keperawatan
Pengkajian
·      Informasi umum : pantau tanda-tanda vital, haluaran urine, CVP, dan tekanan arteri pulmoner (pulmonary artery pressures), sebelum  dan setiap jam selama pemberian. Kaji pasien untuk adanya tanda dan gejala dehidrasi (penurunan turgor kulit, demam, kulit, dan membrane mukosa kering, haus) atau tanda-tanda kelebihan cairan (peningkatan CVP, dispnea, ronki/krekels, edema). Kaji pasien untuk adanya anoreksia, kelemahan otot, kebas, kesemutan, parestesia, konfusi dan rasa haus berlebihan. Segera beritahu dokter jika tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit ini terjadi.
·      Peningkatan tekanan intracranial : pantau status neurologic dan hasil pembacaan tekanan intracranial pada pasien yang menerima obat ini untuk mengurangi edema serebri.
·      Peningkatan tekanan intraokuler : pantau adanya nyeri mata yang menetap atau meningkat atau penurunan ketajaman penglihatan.
·      Pertimbangan tes lab : fungsi ginjal dan elektrolit serum harus dipantau secara rutin selama terapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar