TAFSIR AL QUR’AN SURAT
AL-‘ASHR
Bismillahirrohmanirrohim.
1. Wal ‘Ashr : demi
masa/demi waktu
Alloh bersumpah dengan waktu. Sungguh
waktu itu berjalan dan tidak akan kembali. Sungguh waktu hidup di dunia itu
singkat , tidak lama, hanyalah sekejap saja. Sungguh dalam waktu yang singkat
itu, Alloh akan mematikan dan menghidupkan manusia.
Q.S Al Baqarah 28 :
“ Bagaimana kalian ingkar/kafir
kepada Alloh, padahal kalian (dahulu) mati, lalu Dia menghidupkan kamu,
kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali, kemudian
kepada Nya lah kamu kembali.”
2. Innal insana lafii khusrin
Inna : sungguh
Al Insan : manusia tertentu
La : lam taukid (penegasan terhadap khusrin)
benar-benar (kepastian)
Fii : dalam/berada
Khusrin : kerugian/merugi
Sungguh semua manusia pasti
benar-benar merugi/kerugian. Dengan perjalanan waktu hidup manusia di dunia
yang begitu singkat, tetapi menentukan kehidupan manusia yang abadi di negeri
akhirat. Rugi karena dengan waktu yang sangat pendek, manusia harus
mengumpulkan bekal yang sangat banyak untuk perjalanan hidup di negeri akhirat
yang panjang, yang tiada akhir dan batas. Rugi karena kebanyakan manusia tidak
memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk mengingat Pencipta Nya, yang semua
manusia akan kembali kepadanya. Rugi karena manusia terbelenggu dengan
kehidupan dunia yang pendek dan terbatas, berlomba-lomba memenuhi syahwat dan
nafsunya, mengejar keinginan dan ambisi duniawi, yang di akhirat semua yang
diusahakannya di dunia sama sekali tidak bermanfaat baginya sedikitpun!
Alloh berfirman dalam Surat Ibrahim
ayat 18,
“Orang-orang yang kafir kepada
Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan
keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil
manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan di dunia.
Dalam surat An Nuur ayat 39,
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal
mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh
orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya dia tidak mendapati sesuatu
apapun.”
3. Illaladziina aamanuu wa ‘amilushshoolihati watawaa shoubil
haqqi watawaa shoubishshobri.
Illa
: kecuali
Alladziina : orang-orang (berjama’ah
yang bersistem), bukan perorangan
Aamanuu : yang telah beriman (fi’il
madhi dan dalam bentuk jama’/banyak), berjama’ah, tidak beramal sendiri. Aamanuu. Iman dg fi’il
madhi (kata kerja lampau), berarti iman yg harus (madhi=lampau, sebuah
kepastian) sudah bekerja/amal . Berimannya harus dalam satu system yg
teratur. Seperti satu system yg terintegrasi, layaknya system kerja sebuah
perusahaan besar. Salah satu sub system error maka system itu juga akan error,
tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau tersendat2.
Sistem ini terdiri dari 3 sistem
besar yaitu:
1. Sistem Allah dg manusia, sebagai
tempat mengabdi dan tujuan hidup
2. Sistem Manusia dg manusia, sebagai
tempat beramal. Naafi’un lighoirihi. Beramal untuk membina, membantu, dan
mengatur manusia agar tunduk kepada Allah. Contohnya seperti Khulafaau
Rasyidin, dg terbentuknya pemerintahan yg Islami.
3. Sistem Manusia dg alam. Manusia
diberi oleh Allah berupa alam yg bisa diambil manfaatnya oleh manusia untuk
hidup di dunia. Tentu semua pemanfaatan alam harus sesuai dg Sunnatullah, artinya dunia tetap dalam kondisi
“go green”.
Sistem beramal yang terintegrasi yang
telah dijelaskan diatas semuanya tetap bermuaranya kepada ALLAH. Selama system
Allah ini belum kita laksanakan dg 100% maka akan selamanya ummat Islam akan
tetap menjadi kaum yg ter”marginal”kan, tersingkir dari tatanan kahidupan di
dunia ini. Artinya dunia akan tetap dikuasai Barat. AKAN TETAPI KAUM MUKMININ
TETAP AKAN MERAIH KEMENANGAN INI, KARENA ALLAH TIDAK AKAN TINGGAL DIAM MELIHAT
FENOMENA INI. ALLAH PASTI AKAN MENGGANTIKAN KAUM YG TER”MARGINAL”KAN INI DG SUATU KAUM YG BERAMAL DG SISTEM ALLAH
SECARA 100% SEHINGGA KAUM MUKMININ PASTI MENJADI PEMENANGNYA. KARENA ALLAH-LAH
YG MENJADI “SUTRADARA” ALAM SEMESTA INI.
Wa : dan, artinya tidak boleh diambil
salah satu saja, dua2nya harus diambil.
‘amiluu : beramal, dalam bentuk jama’/banyak, berarti
beramalnya berjamaah dalam satu system yg teratur.
Asholihaati : soleh dalam bentuk
jama’/banyak, berarti kesolehan yg banyak (ibadah ritual dan non ritual).
Banyak (ibadah di ipoleksosbud hankam dan iptek) kesolehan yg harus kita
kerjakan dalam satu system yg terintegrasi yg teratur rapi.
Kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal sholeh. Berarti Sekelompok orang (banyak) beriman dalam satu barisan yg
teratur rapi mengerjakan banyak (jutaan, ipoleksosbudhankam-iptek) amal soleh
dalam satu system yg teritegrasi sehingga menghasilkan suatu karya spektakuler
yg tidak bisa dibuat kecuali oleh orang2 beriman. Tentunya dg sutradaranya
“ALLAH”. Yaitu tegaknya Khilafah.
Laksana membangun sebuah gedung pencakar langit. Bayak orang yg terlibat dalam
pembangunannya, masing2 memiliki keahlian amal di bidangnya masing2. Dengan
pengaturan orang2 yang ahli di bidangnya masing2. Masing2 bekerja di bidangnya
secara komprehensif (lengkap) dan diatur secara terintegrasi bahkan dg jadwal
yg ketat. Sehingga Gedung Pencakar Langit (Khilafah-Kemenangan Islam) akan
terbentuk selesai tuntas sesuai dg jadwal yg telah ditetapkan. Dengan catatan tidak boleh ada satu sub
system atau seorangpun yg bekerja tidak sesuai dg aturan (bunyaanun marshush).
Satu sub system atau seorang ada yg bekerja tdk sesuai dg aturan (maksiat,
ambisi dan cinta dunia dan tergoda wanita, sebut saja 5 F-food; fashion; fun;
financial; free/bebas lepas) maka Bangunan Gedung Pencakar Langit (Kemenangan
Islam) tidak akan pernah selesai bahkan ada yg runtuh, diruntuhkan oleh
personal atau sub sistemnya itu sendiri.
Wa Tawaashau : mereka saling
menasehati, artinya dalam pengaturan system itu semua posisi (pemimpin sampai
prajurit) dalam berjama’ah memiliki kedudukan yg sama dihadapan ALLAH (yg
paling mulia adalah yg paling bertakwa). Artinya sekalipun prajurit, dia masih bisa
memberikan nasehat/masukan kepada pemimpinnya (jendral-nya). Itulah system
Allah yg berbeda dg system buatan
manusia. Seperti ketika Rosul menerima usulan sahabatnya dalam perang Badar dan
Khondak.
Bi= dengan 100% Alhaq=Al Islam.
Saling menasehati dalam system Al Islam yg sangat komprehensif dan integrated.
Wa Tawaashau bi= dengan 100%, Ashobri=
kesabaran yg tanpa batas. Dalam menghadapi kendala2 amal jama’i. Seperti
Rasulullah yg dg sabar membimbing para sahabat2nya, karena memang kita sedang
berada dalam system Islam dan “Sang Sutradara”nya adalah ALLAH YANG MAHA AGUNG,
yang tidak mungkin setan jin dan manusia bisa masuk ke dalam system ALLAH.
Sehingga tidak ada kemaksiatan, kesewenang2an, kedholiman dll. Yang ada hanya
keadilan, kesejahteraan dan saling memikul beban dalam naungan ALLAH.
Saling menasehati dalam kesabaran
dalam melalui kesulitan dan penderitaan, sabar atas merajalelanya kebathilan
dan kejahatan, sabar atas panjangnya jalan dan lambatnya langkah dan jauhnya
jarak tujuan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar