Kamis, 25 Oktober 2012

TAFSIR AL QUR’AN SURAT AL-‘ASHR


TAFSIR AL QUR’AN SURAT AL-‘ASHR
Bismillahirrohmanirrohim.
1.      Wal ‘Ashr  : demi masa/demi waktu
Alloh bersumpah dengan waktu. Sungguh waktu itu berjalan dan tidak akan kembali. Sungguh waktu hidup di dunia itu singkat , tidak lama, hanyalah sekejap saja. Sungguh dalam waktu yang singkat itu, Alloh akan mematikan dan menghidupkan manusia.
Q.S Al Baqarah 28 :
“ Bagaimana kalian ingkar/kafir kepada Alloh, padahal kalian (dahulu) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali, kemudian kepada Nya lah kamu kembali.”

2.      Innal insana lafii khusrin
Inna : sungguh
Al Insan : manusia tertentu
La : lam taukid (penegasan terhadap khusrin) benar-benar (kepastian)
Fii : dalam/berada
Khusrin : kerugian/merugi
Sungguh semua manusia pasti benar-benar merugi/kerugian. Dengan perjalanan waktu hidup manusia di dunia yang begitu singkat, tetapi menentukan kehidupan manusia yang abadi di negeri akhirat. Rugi karena dengan waktu yang sangat pendek, manusia harus mengumpulkan bekal yang sangat banyak untuk perjalanan hidup di negeri akhirat yang panjang, yang tiada akhir dan batas. Rugi karena kebanyakan manusia tidak memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk mengingat Pencipta Nya, yang semua manusia akan kembali kepadanya. Rugi karena manusia terbelenggu dengan kehidupan dunia yang pendek dan terbatas, berlomba-lomba memenuhi syahwat dan nafsunya, mengejar keinginan dan ambisi duniawi, yang di akhirat semua yang diusahakannya di dunia sama sekali tidak bermanfaat baginya sedikitpun!
Alloh berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 18,
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan di dunia.
Dalam surat An Nuur ayat 39,
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya dia tidak mendapati sesuatu apapun.”

3.      Illaladziina aamanuu wa ‘amilushshoolihati watawaa shoubil haqqi watawaa shoubishshobri.
Illa  :  kecuali
Alladziina : orang-orang (berjama’ah yang bersistem), bukan perorangan
Aamanuu : yang telah beriman (fi’il madhi dan dalam bentuk jama’/banyak), berjama’ah,  tidak beramal sendiri. Aamanuu. Iman dg fi’il madhi (kata kerja lampau), berarti iman yg harus (madhi=lampau, sebuah kepastian) sudah  bekerja/amal  . Berimannya harus dalam satu system yg teratur. Seperti satu system yg terintegrasi, layaknya system kerja sebuah perusahaan besar. Salah satu sub system error maka system itu juga akan error, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau tersendat2.
Sistem ini terdiri dari 3 sistem besar yaitu:
1.      Sistem Allah dg manusia, sebagai tempat mengabdi dan tujuan hidup
2.      Sistem Manusia dg manusia, sebagai tempat beramal. Naafi’un lighoirihi. Beramal untuk membina, membantu, dan mengatur manusia agar tunduk kepada Allah. Contohnya seperti Khulafaau Rasyidin, dg terbentuknya pemerintahan yg Islami.
3.      Sistem Manusia dg alam. Manusia diberi  oleh Allah berupa alam  yg bisa diambil manfaatnya oleh manusia untuk hidup di dunia. Tentu semua pemanfaatan alam harus sesuai dg  Sunnatullah, artinya dunia tetap dalam kondisi “go green”.
Sistem beramal yang terintegrasi yang telah dijelaskan diatas semuanya tetap bermuaranya kepada ALLAH. Selama system Allah ini belum kita laksanakan dg 100% maka akan selamanya ummat Islam akan tetap menjadi kaum yg ter”marginal”kan, tersingkir dari tatanan kahidupan di dunia ini. Artinya dunia akan tetap dikuasai Barat. AKAN TETAPI KAUM MUKMININ TETAP AKAN MERAIH KEMENANGAN INI, KARENA ALLAH TIDAK AKAN TINGGAL DIAM MELIHAT FENOMENA INI. ALLAH PASTI AKAN MENGGANTIKAN KAUM YG TER”MARGINAL”KAN INI  DG SUATU KAUM YG BERAMAL DG SISTEM ALLAH SECARA 100% SEHINGGA KAUM MUKMININ PASTI MENJADI PEMENANGNYA. KARENA ALLAH-LAH YG MENJADI “SUTRADARA” ALAM SEMESTA INI.
Wa : dan, artinya tidak boleh diambil salah satu saja, dua2nya harus diambil.
‘amiluu :  beramal, dalam bentuk jama’/banyak, berarti beramalnya berjamaah dalam satu system yg teratur.
Asholihaati : soleh dalam bentuk jama’/banyak, berarti kesolehan yg banyak (ibadah ritual dan non ritual). Banyak (ibadah di ipoleksosbud hankam dan iptek) kesolehan yg harus kita kerjakan dalam satu system yg terintegrasi yg teratur rapi.
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. Berarti Sekelompok orang (banyak) beriman dalam satu barisan yg teratur rapi mengerjakan banyak (jutaan, ipoleksosbudhankam-iptek) amal soleh dalam satu system yg teritegrasi sehingga menghasilkan suatu karya spektakuler yg tidak bisa dibuat kecuali oleh orang2 beriman. Tentunya dg sutradaranya “ALLAH”. Yaitu  tegaknya Khilafah. Laksana membangun sebuah gedung pencakar langit. Bayak orang yg terlibat dalam pembangunannya, masing2 memiliki keahlian amal di bidangnya masing2. Dengan pengaturan orang2 yang ahli di bidangnya masing2. Masing2 bekerja di bidangnya secara komprehensif (lengkap) dan diatur secara terintegrasi bahkan dg jadwal yg ketat. Sehingga Gedung Pencakar Langit (Khilafah-Kemenangan Islam) akan terbentuk selesai tuntas sesuai dg jadwal yg telah ditetapkan.  Dengan catatan tidak boleh ada satu sub system atau seorangpun yg bekerja tidak sesuai dg aturan (bunyaanun marshush). Satu sub system atau seorang ada yg bekerja tdk sesuai dg aturan (maksiat, ambisi dan cinta dunia dan tergoda wanita, sebut saja 5 F-food; fashion; fun; financial; free/bebas lepas) maka Bangunan Gedung Pencakar Langit (Kemenangan Islam) tidak akan pernah selesai bahkan ada yg runtuh, diruntuhkan oleh personal atau sub sistemnya itu sendiri.
Wa Tawaashau : mereka saling menasehati, artinya dalam pengaturan system itu semua posisi (pemimpin sampai prajurit) dalam berjama’ah memiliki kedudukan yg sama dihadapan ALLAH (yg paling mulia adalah yg paling bertakwa). Artinya sekalipun prajurit, dia masih bisa memberikan nasehat/masukan kepada pemimpinnya (jendral-nya). Itulah system Allah  yg berbeda dg system buatan manusia. Seperti ketika Rosul menerima usulan sahabatnya dalam perang Badar dan Khondak.
Bi= dengan 100% Alhaq=Al Islam. Saling menasehati dalam system Al Islam yg sangat komprehensif dan integrated.    
Wa Tawaashau bi= dengan 100%, Ashobri= kesabaran yg tanpa batas. Dalam menghadapi kendala2 amal jama’i. Seperti Rasulullah yg dg sabar membimbing para sahabat2nya, karena memang kita sedang berada dalam system Islam dan “Sang Sutradara”nya adalah ALLAH YANG MAHA AGUNG, yang tidak mungkin setan jin dan manusia bisa masuk ke dalam system ALLAH. Sehingga tidak ada kemaksiatan, kesewenang2an, kedholiman dll. Yang ada hanya keadilan, kesejahteraan dan saling memikul beban dalam naungan ALLAH.  
Saling menasehati dalam kesabaran dalam melalui kesulitan dan penderitaan, sabar atas merajalelanya kebathilan dan kejahatan, sabar atas panjangnya jalan dan lambatnya langkah dan jauhnya jarak tujuan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar