TAFSIR AL QUR’AN SURAT AL
FATIHAH
1.
Bismillahirrohmanirrohim
A.
Dari segi arti
: artinya dengan, 100%
Menyebut
nama Alloh 100%, TIDAK dengan nama yang lain, menghadapkan wajah, pikiran dan
Qalbu hanya kepada Alloh dan memalingkannya dari yang lain.. (inilah arti
Bismillah = dengan nama Alloh).
Ar Rohman : Maha Pengasih
Ke
“Pengasih” an Alloh meliputi semua makhluk tanpa terkecuali, memberi dan
mengasih kepada semua manusia siapapun juga, baik muslim maupun non muslim,
dalam urusan dunianya. Berlaku hukum sunnatulloh, siapa yang bekerja keras,
maka ia memperoleh hasil, siapa yang rajin belajar maka ia pandai, siapa yang
menjaga kesehatan, maka ia menjadi sehat, dst. Sunnatulloh atas semua urusan
dunia
Ar Rohim : Maha Penyayang
Ke
“Rohim” an Alloh hanya diberikan kepada hamba-hamba yang menyembahNya saja,
sayang nya Alloh di dunia dan di akhirat, khusus kepada hamba Nya yang
berbakti, taat pada segala aturan dan perintah Nya.
B.
Dari segi bahasa
Akhir huruf dari semua ayat dalam surat
Al Fatihah diakhiri dengan (ya mati)
dan bunyi kasroh, menunjukkan keharmonisan sya’ir dan keselarasannya, begitupun
dengan arti dan maknanya saling berkaitan dan bersambung satu dengan lainnya.
Tidak semua pantun atau syair kata-kata dan maknanya saling berkaitan dan berhubungan
satu sengan lainnya. Contoh :
“Dahulu loyang, sekarang besi
Dahulu sayang, sekarang benci”
Antara loyang dan besi tidak
berhubungan, antara loyang dan sayang hanya sama bunyi akhir tetapi artinya
tidak nyambung/berkaitan.
Inilah salah satu bukti bahwa bahasa Al
Qur’an adalah bahasa yang tinggi, bahasa yang diciptakan bukan oleh manusia,
tetapi bahasa “langit”, bahasa yang diciptakan oleh Alloh SWT. Setiap kata-kata
dalam Al Qur’an tidak ada yang sia-sia, merupakan “mu’jizat” yang dianugerahkan
Alloh kepada Nabi Muhammad SAW. Mengapa dikatakan mu’jizat? Karena seorang
Muhammad dikenal dikalangan kaumnya merupakan seorang yang UMMI, tidak bisa membaca, tidak bisa menulis, apalagi bersya’ir !
Kisah Al Walid Bin Mughiroh :
C.
Dari segi makna
Bismillahirrohmanirrohim : Jika kita
menyebut nama Alloh dengan menghadapkan wajah, pikiran dan qalbu kita 100%
hanya kepada Alloh, maka Allohpun akan memberikan dengan sempurna “Rohman” dan
“Rohim” Nya.
Huruf Jar Alloh adalah Majrur
(kata yang di Jar kan).
Dengan maka Allohi (100%), Ar rohmani (100%), Ar rohimi (100%)
Keyakinan kita kepada Alloh 100%,
membuat kita yakin Alloh PASTI mengasihi kita 100%, menyayangi kita 100%,
sehingga dengan keyakinan ini menjadikan kita beramal all out (sungguh-sungguh
100%) . Contohnya :
Ibadah untuk mendapatkan Rohman Nya
(urusan-urusan kebaikan di dunia) :
1.
Belajar yang rajin
2.
Mencari rizqi dengan
bersungguh-sungguh
3.
Menjaga kesehatan dengan makan
yang bergizi dan rajin berolahraga
Ibadah untuk mendapatkan Rohim Nya
(urusan-urusan kebaikan akhirat) :
1.
Sholat tahajjud dgn rajin bangun
malam
2.
Tilawah Al Qur’an rajin
3.
Shaum sunnah rajin
4.
Sholat dhuha rajin
5.
Berbakti pada orang tua rajin
Jika
kita yakin 100% pada Alloh, maka kita yakin dengan sifat Rohman Nya 100%, maka urusan-urusan
dunia kita Pasti akan ditolong/dibantu oleh Alloh. Contoh : ketika kita sekolah
menghadapi pelajaran yang sulit, dengan membaca Bismillah dan kemudian berusaha
dengan keras untuk memahami pelajaran tsb dan mengulang-ulangnya, insyaAlloh
Alloh akan memberi jalan pemahaman itu (dari arah manapun) sampai kita paham,
sehingga ujian tidak perlu tidak PD sehingga harus mencontek atau cari bocoran
soal dan jawaban dari orang lain !
2.
Alhamdulillahirobbil’alamiin.
Dari segi arti
Alhamdu :
Alif lam, pujian tertentu hanya kepada Alloh. Pujian yang umum
Hamdun . Pujian itu 100% sepenuhnya
hanya milik Alloh (Segala pujian hanya milik Alloh), tidak memuji manusia,
memuji guru, memuji dosen, memuji pemimpin, memuji alam semesta, memuji ilmu,
dll (Semua kelebihan manusia2 karena Alloh). Berdasarkan ayat sebelumnya, Alloh
sudah memberikan ke Rohman an Nya dan Ke Rohim an Nya kepada kita, maka adalah
WAJAR bahwa segala pujian itu hanyalah milik Alloh. Dengan kita hanya 30% saja
yakin/percaya pada ke Rohman an dan ke Rohim an Alloh, Alloh sudah menyayangi
dan mengasihi kita lebih dari 50%. Dikasih sehat, padahal kita tidak menjaga
kesehatan, dikasih pintar/pandai padahal kita belajar asal2an. Dikasih rizqi
berupa harta padahal kita tidak mencarinya (dari orang tua), atau mencarinya
tdk dgn upaya yg keras. Terlalu banyak hal-hal yang patut kita syukuri terhadap
segala hal yang sudah diberikan Alloh kepada kita...
Alhamdu li llah, li artinya
untuk/bagi (Selalu untuk atau selalu bagi) Alloh, menuju Alloh... sebagai Rabb,
Rabb Adalah Tuhan yang membuat aturan hidup, berupa ayat-ayat, baik ayat-ayat
Kauniyah (seluruh alam ciptaan Nya) maupun ayat-ayat Qauliyah (Al Qur’an dan
Sunnah Rasulullah). Al ‘Alamiin : semesta alam (universal), baik alam
nyata/syahadah maupun alam ghaib.
Memuji Alloh sebagai Rabb (yang mambuat
aturan hidup) :
1.
Qauliyah : memahami dan mengamalkan seluruh isi AlQur’an
dan Sunnah Rasululloh
2.
Kauniyah : menguasai ilmu-ilmu “keduniaan”, seperti
politik,sosial,ekonomi, budaya, hankam, kedokteran, Mipa, Teknik, dll.
Dengan
prinsip ini, karena Alloh yang mengatur alam semesta ini – seharusnya – manusia
yang berbakti dan taat pada aturan Alloh, LAYAK “menguasai” dan “memimpin”
manusia. Telah dibuktikan oleh sejarah, bahwa Islam pernah memimpin dunia
selama 700 th, abad ke 7 – 14. Tahun 611 M Nabi Muhammad menjadi Rasul, tahun
615 M Sayyidina Umar menaklukkan Persia dan Romawi...
3. Ar Rohmanirrohim
Antara ayat 2 dan 3 tidak terputus,
masih bersambung dan saling berkaitan...
Alhamdulillahi (Segala puji hanya milik
Alloh) :
1.
Rabbul ‘alamiin : sebagai Rabb semesta alam
2.
Ar rohmani : sebagai Yang Maha
Pengasih
3.
Ar Rohimi : sebagai Yang Maha Penyayang
Dari
ayat pertama, kita menyebut nama Alloh karena sifat Alloh Ar Rohman (Maha Pengasih)
dan sifat Ar Rohim (Maha Penyayang), lalu dengannya kita mendapatkan kasih dan
sayang nya Alloh, baik di dunia maupun di akhirat..maka adalah WAJAR kita
memuji Alloh karena Alloh sudah membuat aturan bagi kita, yang aturan itu
membawa bahagia dan selamat dunia dan akhirat, yang Alloh juga sudah
melimpahkan kasih Nya, dan sudah memberikan sayang Nya pada kita...
Alhamdulillahi
robbil”alamiin
Alhamdulillahirrohmani
Alhamdulillahirrohimi
Terbukti
Alloh sudah memberikan Rohman dan Rohim Nya kepada kita, maka SEPANTASNYA lah
kita memuji Alloh dgn sifat Rohman dan Rohim Nya.
4. Maaliki yaumiddin
Malik
: Raja/Penguasa (menguasai tetapi tidak memiliki)
Maaliki (Faa’il = subjek) : Pemilik
Yaumiddin : hari pembalasan
Alloh sbg Pemilik hari pembalasan, Penguasa
sekaligus Pemilik..
Semua hal tergantung hanya kepada Alloh,
menguasai dan memiliki segala-galanya secara tunggal, maka manusia pada hakikat
nya juga milik Allah. Sehingga sewajarnya kita mengabdi, berkhidmat, taat,
loyal, cinta dan takut hanya pada Alloh...Semua manusia akan berujung kepada
Alloh, bertemu dgn Alloh dan menghadapi
hari persidangan yang adil...yang tidak melewatkan satupun kejadian dan
peristiwa.
Pada hari kiamat dan hari pembalasan,
hilang sudah semua kenikmatan2 yang dijumpai di dunia; harta benda yang
melimpah, istri atau wanita cantik yang mendampingi, anak2 yang lucu, kedudukan
yang tinggi di mata manusia, keterkenalan/popularitas. Semua berakhir dan
berbatas hanya dalam kehidupan dunia....Dengan pemahaman ini, maka setiap amal
yang dilakukan di dunia (dan manusia mempunyai kuasa untuk beramal baik di
dunia), akan ada pertanggungjawaban dan pembalasan atas semua amal. Maka
manusia diarahkan untuk memandang bahwa ada alam lain diluar alam dunia,
sehingga tidak terkekang oleh kepentingan2 duniawi (0% dunia, 100% akhirat).
, beramal baik untuk mendapatkan balasan
yang baik berupa surga, dan takut berbuat dosa karena ada akibat buruk yang
menanti yaitu adzab siksa neraka.
Ayat ini adalah persimpangan
jalan...antara ‘ubudiyah kepada Alloh dengan membebaskan diri dari keterikatan
dan keterkekangan urusan dunia, menempatkan hakikat kemanusiaan yang tinggi
yang dikehendaki Alloh bagi hamba-hamba Nya; dengan ide-ide dan amal-amal yang
mengikuti keinginan nafsu yang sempit, pemikiran yang kotor, dan kesenangan2
sesaat...
Tidaklah sama orang-orang yang beriman
kepada akhirat dan orang2 yang mengingkarinya, baik dalam perasaan, akhlak,
perilaku, maupun amal tindakannya..mereka adalah dua golongan yang berbeda
tabiatnya, tidak akan bertemu di muka bumi dalam suatu amalan, dan tidak akan
bertemu di akhirat dalam pembalasannya...
Inilah persimpangan jalan...
5. Iyyakana’budu wa
Iyyakanasta’iin.
Ini adalah bagian dari aqidah yang
menyeluruh, selain kepercayaan pada adanya hari pembalasan; yaitu tidak ada
ibadah kecuali kepada Alloh dan tidak ada isti’anah (permohonan pertolongan)
kecuali kepada Alloh juga..
Karena Alloh adalah Pemilik dan Penguasa
hari pembalasan, maka hanya kepada Alloh saja kita menyembah, dan hanya kepada
Alloh saja kita memohon pertolongan.
Iyyaka
: Hanya kepada-Mu (Alloh) , disebut diawal ayat, baru setelahnya
na’budu. Alloh disebut terlebih dahulu, baru hamba (manusia) menyembah dan
beribadah kepadanya. Ini mengandung arti peniadaan manusia, mengenal dan
mengingat Alloh terlebih dahulu, baru kita manusia/ hamba menyembahNya. Na’budu
( fi’il mudhoriy) merupakan aktivitas yang terus menerus (menyembah dan
beribadah pada Alloh), selalu hingga waktu tak terhingga...dilakukan oleh
manusia yang jatidirinya tiada... semua yang ada hanya Alloh..
Iyyaka nasta’in : Hanya kepada Mu
(Alloh) kami memohon pertolongan.
Memohon pertolongan (dalam urusan yang
diluar kausalitas, seperti umur, rizqi, jodoh maut/nyawa) hanya kepada Alloh, tidak kepada
1.
Nabi
2.
Sahabat dan tabi’in
3.
Orang tua
4.
Orang “pintar”
5.
Ustadz yang dianggap sholeh
6.
Guru/murobbiy
7.
Suami/istri/anak
Dalam
artian, bahwa segala urusan meminta pertolongan (berdoa) hanya kepada Alloh,
sedangkan berikhtiar berhubungan dengan manusia diatur sesuai dengan syari’at .
Iyyakana’budu
: manusia beribadah dan menyembah kapada
Alloh dahulu, baru
Iyyakanasta’in
: manusia meminta pertolongan hanya kepada Nya..
Pembuktian
dulu bahwa manusia itu menyembah Alloh, baru ia layak mendapat pertolongan
Alloh. Terlalu banyak nikmat yang diberikan oleh Alloh jika dibandingkan dengan
seberapa banyak kuantitas dan kualitas penyembahan (ibadah) kita kepada Nya..
1.
Diberi sehat, malah dipakai
maksiat (pacaran, dugem, main2 yg berlebihan)
2.
Dikasih cantik malah aurotnya
dibuka (diperlihatkan pada semua manusia)
3.
Dikasih rizqi berupa hanya untuk
senang2 sendiri (pribadi), tidak dishodaqohkan/wakaf/tdk infaq di jalan Alloh..
4.
Dikasih pandai malah menyombongkan
diri dan bangga dengan ilmu yg “sedikit” itu..
Manusia
itu lupa bahwa sehat, cantik, kaya, pandai, terpandang itu semuanya datang dari
Alloh...
6. Ihdinashshirothol
mustaqim
a.Ihdi
(huda) ; fi’il amr (kata perintah) petunjuk , na : kami , (diperintahkan oleh
Allah) tunjukilah kami, bukan kami memohon petunjuk, menandakan peniadaan pada jatidiri manusia untuk ketiga
kali kepada Alloh, wajib kita semua
(mukmin/ na) memohon diri dg meniadakan dirinya sendiri, dg
merendahkan/menghambakan dirinya dihadapan Allah.
b.
Shirotho = jalan. Almustaqim = tol (mustaqim=lurus; Al=tertentu). Artinya jalan
yg bebas hambatan, lapang, lancar, mudah, tidak akan kesasar krn lengkap dg
petunjuk jalan spt berada di jalan tol. Sdh pasti smp tujuan (bertemu Allah).
Kemudian berilah kami ke “Istiqomah” an berada di jalan ini setelah kami
mengetahuinya..
Hal
ini merupakan urusan yang terbesar dan pertama kali diminta oleh orang mu’min
kepada Tuhan Nya agar Dia menolongnya.
7. Shirotholladziina
an’amta alayhim.
Jalan orang2 yg pernah Engkau beri nikmat, (an’am=nikmat; ta=Engkau), An’amta fi’il
madhi, artinya telah diberi nikmat (pemberian nikmatnya telah terjadi seperti
disebutkan dalam ayat 1 dan 2). ‘Ala=atas; him=mereka. Allah disebut lebih
dahulu (mengutamakan Allah diatas segalanya), baru disebut: atas mereka
(dihilangkannya jati diri manusia utk ke-4 kalinya). Menunjukkan bahwa Allah yg
berhak memberikan petunjuk kpd hambanya bukan manusia (Nabi, Ustadz, guru atau
murobbi), krn tugas manusia hanya bisa menyampaikan risalah saja. Bertakwanya
seseorang hanya Allah yg berhak memberikan hidayahNya (Hak Prerogatif/Mutlak).
Ghoiru=bukan;
maghdubi=dimurkai; ‘alayhim (bukan jalan yg dimurkai), disini Allah berfirman
menggunakan kalimat pasif (subjeknya tidak disebut) artinya Allah sebenarnya
tdk pernah murka secara langsung, walaupun hambanya berbuat maksiat. Buktinya
orang2 kafir, munafik dan fasik masihdiberi kehidupan yg layak (Ar Rohman). Orang2 yg
dimurkai adalah orang2 Nasrani (dikarenakan mereka sudah mengetahui kebenaran
tetapi kemudian berpaling darinya).
Wa=dan;
laa=tidak (dari dulu, sekarang, sampai yang akan datang); dhollin (sesat). Orang2 yg sesat adalah
orang2 Yahudi (membangkang setiap perintah Alloh dan membunuh Nabi-Nabi Alloh, sehingga
mereka tersesat dari kebenaran sampai tidak tahu jalan kebenaran sama sekali).
Artinya
orang2 mukmin tidak boleh berakhlak seperti Yahudi dan Nasrani dalam setiap
amal, pemikiran dan semua aktifitas
perjalanan hidupnya. Jalan yang harus ditempuhnya adalah jalan hidayah
(petunjuk) ke jalan hidup yang lurus yang merupakan jaminan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat sampai kepada keridhoan Alloh..
Wallohu
a’lam bishshowwab..
Wa
Ba’du.
Inilah
surah pilihan yang diulang-ulang membacanya dalam setiap kali sholat,
“Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al
Qur’an yang agung.” (Al Hijr 87)
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Hadits Al A’la bin
Abdurrahman, dari Abu Hurairoh, dari Rasulullah SAW, Beliau bersabda,
“Allah
Ta’ala berfirman, ‘Aku membagi shalat antara Aku dan hamba Ku menjadi 2 bagian,
separuhnya untuk Ku dan separuhnya untuk hamba Ku, dan bagi hamba Ku apa yang
ia minta. ‘Apabila hamba mengucapkan Alhamdulillaahi
rabbil’aalamiin, Allah berfirman “Hamba Ku telah memuji Ku”. Dan, apabila hamba mengucapkan Ar rahmaanirrahiim, Allah berfirman “Hamba
Ku telah menyanjung Ku”. Dan, apabila hamba mengucapkan Maalikiyaumiddiin, Allah berfirman “Hamba
Ku telah memuliakan Ku”. Dan
apabila hamba mengucapkan “Iyyaaka
na’budu wa iyyaka nasta’iin”, Allah berfirman “Ini adalah antara Aku dan hamba Ku, dan bagi
hamba Ku apa yang ia minta”.
Maka apabila hamba itu mengucapkan “Ihdinashshirathal
mustaqiim, Shirothal ladziina an’amta alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim wala
Dhoolliin”, Allah berfirman, “Ini adalah untuk hamba Ku, dan bagi hamba
Ku apa yang ia minta.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar